Hari mulai sore saat Kell duduk di bawah pohon apel tua. Anak-anak masih berkerumun, meminta 'pertunjukan sulap' lagi dan lagi.
Kell berkeringat tipis. "Kenapa aku merasa kayak dikejar deadline kantor, ya..." gumamnya sambil menampilkan trik membuat apel "terbang" beberapa sentimeter di udara — tentu saja dibantu sedikit oleh Chip.
Di sela-sela hiruk pikuk, ada satu gadis kecil yang diam memperhatikan. Rambutnya hitam legam, kulitnya pucat bersih, dan matanya... terlalu tajam untuk anak seusianya.
Gadis itu memiringkan kepalanya, lalu mendekat.
"Kalau kau badut keliling... kenapa sepatumu tidak berlumpur?" tanyanya dengan polos, tapi nadanya setajam jarum.
Kell tersedak sedikit. "Eh... itu... aku pakai... sabun ajaib!" jawabnya ngawur.
Gadis itu menyipitkan mata, tidak percaya.
"Analis: Subjek berpotensi berbahaya. Dia cerdas. Hati-hati, Kel," bisik Chip.
If you discover this tale on Amazon, be aware that it has been unlawfully taken from Royal Road. Please report it.
Kell tertawa kaku. Ia berjongkok, menyamakan tinggi mata dengan gadis itu. "Namamu siapa, pahlawan kecil?"
"Salvia," jawab gadis itu sambil menatap lurus.
Kell mengangguk — menahan napas. Salvia? Bukan Snow White? Ah mungkin beda dunia... pikirnya.
"Dan kau siapa?" tanya Salvia.
Kell tersenyum ramah. "Aku? Aku Kell. Badut keliling yang sedang keliling dunia... sambil cari... eh... teman baru."
Salvia mengedipkan matanya pelan. Lalu, tanpa peringatan, ia mengulurkan apel merah kecil.
"Kalau kau benar-benar badut, kau harus makan ini dulu," katanya.
Kell membeku.
Ia melirik apel itu dengan pandangan seakan menatap granat aktif.
Chip pun dengan cepat mendeteksi: "Apel normal. Tidak beracun. Tapi kamu mungkin tersedak malu."
Dengan tangan gemetar dramatis, Kell mengambil apel itu.
"M-Maaf... aku alergi... buah yang... terlalu merah!" katanya sok serius.
Anak-anak lain tertawa. Salvia juga akhirnya terkekeh pelan.
"DASAR BADUT ANEH!" teriak salah satu bocah.
Salvia masih menatap Kell beberapa detik lebih lama dari yang lain. Ada rasa penasaran, tapi juga... secuil kepercayaan.
Kell jongkok, tersenyum lebar untuk menyembunyikan rasa waspadanya.
"Namamu siapa, pahlawan kecil?"
"Salvia," jawab gadis itu sambil menatap tajam.
"Dan kau siapa?"
Kell mengangkat tangan seperti memberi hormat.
"Kell. Petualang... yang... nyasar."
(Chip di dalam helm: Definisi jujur tapi ambigu, diterima.)
Salvia tidak tertawa. Dia malah memperhatikan Kell seolah ingin membongkar rahasianya.
Ketika Salvia menawarkan apel, Kell menolak dengan alasan konyol, tapi tetap menjaga posisi tubuh agar siap kabur kalau perlu.
Bahkan saat anak-anak lain tertawa, Kell tetap waspada — matanya mengamati sekitar, pikirannya menghitung jalur kabur.
"Badut ini aneh," bisik salah satu bocah.
Salvia hanya tersenyum tipis.
Kell membalas senyuman itu... sambil perlahan-lahan mundur ke dekat pohon.
Catatan untuk diri sendiri: "Anak kecil di sini bisa lebih berbahaya dari hacker."