home

search

(Lanjutan Bab 2: Kilas Balik Pertama)

  Kell terbatuk-batuk, asap tebal memenuhi ruang sempit di dalam kapalnya yang rusak.

  Lampu darurat berkelap-kelip merah, memperparah rasa panik yang menggigit dadanya.

  "Awas, sistem pendingin meledak kapan saja!" suara Drone 77 berteriak dari belakang.

  Tanpa berpikir panjang, Kell meraih tas darurat berisi alat survival seadanya. Ia menendang panel pintu darurat yang sudah setengah meleleh. Sekali, dua kali — sampai akhirnya logam itu menyerah dengan dentuman keras.

  Udara dingin langsung menerpa wajahnya, membuat napasnya membeku di udara.

  Tanpa menoleh ke belakang, Kell berlari terseok-seok menjauh dari kapal yang mengeluarkan suara mendesis menyeramkan.

  Di belakangnya, kilatan kecil cahaya muncul — ledakan kecil, cukup untuk mendorong Kell tersungkur ke tanah bersalju.

  “Keluar... aku harus keluar dari sini…” gumamnya lirih sambil bangkit, berusaha menahan gemetar di tangan dan lututnya.

  Di depannya, hanya hamparan hutan putih yang tak berujung.

  Tak ada pilihan lain. Dengan energi yang tersisa, Kell menjejakkan kakinya ke arah hutan bersalju — tanpa tahu apa yang menantinya di sana.

  (Lanjutan Bab 2: Kilas Balik Pertama)

  Udara dingin menyayat kulitnya.

  Setiap langkah terasa berat, seolah bumi ingin menariknya kembali.

  Kell berhenti sejenak, bersandar pada sebatang pohon cemara yang tertutup salju. Napasnya membentuk kabut tipis di udara. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena kedinginan, tapi juga ketakutan.

  Stolen story; please report.

  Saat itu, pikirannya melayang kembali — ke detik-detik sebelum semua ini terjadi.

  ---

  Beberapa jam sebelumnya...

  Suasana di markas bawah tanah berteknologi tinggi itu penuh ketegangan.

  Monitor berkedip-kedip, memperlihatkan data yang kacau balau.

  "Ini misi bunuh diri, Kell! Kau nggak mungkin kabur hidup-hidup!" bentak Juno, sahabat sekaligus satu-satunya orang yang masih percaya padanya.

  Kell menutup koper berisi blueprint rahasia dengan bunyi klik tegas.

  “Aku lebih pilih mati di luar sana daripada menyerahkan ini ke tangan mereka,” katanya dingin.

  Alarm berbunyi. Pasukan keamanan mulai bergerak.

  Tanpa ragu, Kell berlari menuju dock peluncuran. Di belakangnya, suara tembakan dan teriakan menggema.

  Dia tahu dia hanya punya satu kesempatan — satu tembakan untuk kebebasan.

  Melompat ke dalam kapsul pelarian, dia mengetikkan koordinat acak di navigasi. Tidak ada rencana. Hanya harapan.

  "Kau benar-benar gila," suara Juno terdengar di komunikator sebelum akhirnya terputus.

  Kell menarik tuas peluncuran.

  Dalam sekejap, tubuhnya terlempar ke dalam kehampaan, meninggalkan dunia yang tak lagi mempercayainya.

  ---

  Kilasan itu menghilang.

  Kell kembali ke realitas, tubuhnya menggigil hebat.

  Ia mengatupkan rahangnya, memaksa kakinya melangkah lagi. Tak ada jalan kembali.

  Hanya ke depan.

  Sebuah ledakan kecil terdengar saat kapal daruratnya menghantam tanah bersalju.

  Kell memukul-mukul konsol. "Kapal tua jelek... Ayolah, jangan meledak lagi!"

  Chip, drone mungil berbentuk bola berkilauan, mengambang di sisinya.

  "Kerusakan parah terdeteksi. Lingkungan tidak diketahui. Protokol Perlindungan diaktifkan."

  Kilatan cahaya menyelimuti kapal, membuatnya berubah warna menjadi seperti bongkahan batu biasa.

  "Kapal tersembunyi. Sistem penyamaran aktif. Mode pengumpulan data lokal diaktifkan." lapor Chip.

  Kell menghela napas lega. "Oke, satu masalah selesai. Sekarang... kita di mana?"

  Dia menendang pintu kapal terbuka.

  Angin dingin dan aroma tanah basah menyambutnya. Di sekeliling, hanya hutan lebat, salju, dan suara burung-burung asing.

  "Data lingkungan sedang dikumpulkan..."

  Chip melayang lebih tinggi, perlahan berputar mengamati.

  "Anomali ditemukan: tidak ada sinyal elektromagnetik kuat, tidak ada struktur modern dalam radius lima kilometer. Bahasa lokal: dialek kuno, analog bahasa Bumi abad pertengahan."

  Kell mendengus. "Hebat, dari semua tempat, kenapa jatuhnya di dunia yang sinyalnya kayak kentang busuk?"

  "Kemungkinan ancaman budaya: tinggi. Teknologi canggih dapat memicu ketidakstabilan. Saran: minimalisir interaksi dan samarkan diri."

  Kell menepuk saku bajunya. "Sip, mode stealth aktif."

  Dia mengaktifkan pakaian adaptif nya, berubah menjadi tampilan sederhana: jaket kulit kasar, celana lusuh, dan sepatu butut. Sangat tidak mencolok.

  "Pemindaian lanjut diperlukan untuk memahami lingkungan sosial. Observasi disarankan sebelum kontak langsung."

  "Kayak mata-mata gitu?" senyum Kell.

  "Analogi diterima. Anda adalah agen penyamar lintas dunia."

  Kell tertawa kecil sambil mulai berjalan ke arah yang lebih terbuka, meninggalkan kapal tersembunyi di balik bebatuan dan salju.

  Petualangan aneh ini baru saja dimulai.

Recommended Popular Novels